Rabu, 27 Mei 2009

Tahukah Anda????

Bahasa Arab, Bahasa Asing Yang Mempunyai Banyak Keistimewaan
Sebagai sebuah bahasa, bahasa Arab banyak sekali memiliki keunikan, kekhasan dan keistimewaan yang tidak dimiliki oleh bahasa lainnya. Di samping tingkat kerumitan dan kesulitan bahasa Arab yang cukup tinggi. Konon bahasa Arab ini menempati tinggkat kedua dalam hal kerumitan bahasanya, setelah bahasa Cina.
Di antara keistimewaanya yang menonjol bahwa bahasa Arab mempunyai kemampuan yang luar biasa dalam melahirkan makna-makna baru, bahkan hanya disebabkan oleh perubahan bunyi saja. Kaidah gramatikal yang umum sekali dikenal mengenahi hal ini, زيادة المبنى تدل على زيادة المعنى (perubahan sruktur huruf [bunyi] berakibat terhadap perubahan sruktur makna), juga kelengkapan kosakata yang dimiliki bahasa ini, yang menurut sebagian pakar bahasa, mencapai 25 juta kosakata.
Keunikan lain yang dimiliki bahasa Arab adalah kekayaan sinonimi. Yang lebih unik lagi bahwa sinonimi tersebut tidak selalu mempunyai arti yang sama. Sebagai contoh kata خوف dan kata خشية , yang keduanya dalam bahasa Indonesia diartikan takut . Padahal, masing-masing mempunyai konsekuensi semantik yang berbeda.
Di sini, kata خشية mempunyai nilai cakupan semantik lebih tinggi daripada kata خوف Karena kata خشية mengandung arti besarnya rasa takut yang bercampur baur dengan rasa penghormatan, meskipun orang yang takut itu adalah orang kuat, sedangkan kata خوف lebih berarti ketakutan yang disebabkan oleh ketakutan orangnya, meskipun sesuatu yang ditakuti itu bukanlah hal yang layak untuk ditakuti.
Bahasa Arab juga memiliki keunikan lain berupa banyaknya kata-kata yang ambigu. Bahkan, tidak jarang satu kata memiliki dua arti atau lebih yang saling berlawanan (homonimi, المشترك اللفظى Tidak jarang pula satu huruf mempunyai lebih dari satu arti. Huruf و (wawu) misalnya, menurut al-Zarkasyi, paling tidak menunjuk pada enam makna yang berbeda-beda.
Keistimewaan bahasa Arab tampak pula ketika bahasa ini mampu merangkum makna yang panjang dalam sebuah kalimat yang pendek, atau bahkan hanya dalam satu kata. Inilah yang kemudian dikenal dengan istilah جوامع الكلم. Keistimewaan lainnya adalah bahwa bahasa Arab memiliki cirri khas konjugasi (إعراب ) yang dapat mempengaruhi sepenuhnya perubahan makna. Bahasa ini juga mempunyai kekhasan lain yang terlihat pada jenis kelamin kata atau pada bilangannya, di mana ia terdiri atas tunggal ( مفرد ) , dual (مثنى) dan plural (جمع).Keistimewaan lainya bahasa yang digunakan Alquran ini, adalah kecenderungannya kepada penyingkatan atau yang diistilahkan dengan (إيجاز ). Karena dalam tradisi bahasa ini dikenal istilah yang kurang lebih sebagai berikut ini: خيرالكلام ماقل ودل perlu pula memperpanjanglebarkan penjelasannya bila itu diperlukan. Model penjelasan ini biasa dikenal dengan itnab (إطناب ).Mereka yang awam bahasa Arab, juga akan menemui kesulitan ketika menjumpai suatu struktur kalimat, baik dalam Alquran atau Hadis, apakah kalimat itu ditunjukkan secara umum? Ataukah kalimat itu terbatas pada latar belakang historis yang sangat khusus, di mana kalimat itu pertama kali diucapkan (العبرة بعموم اللفظ أم بخصوص السبب؟ ). Demikian pula sebaliknya.Masih banyak keunikan, kekhasan, dan keistimewaan bahasa Arab. Namun di antara sekian banyak kelebihan bahasa Arab itu, ada yang mungkin sangat menyulitkan proses kerja penerjemahan. Salah satunya adalah adanya pendahuluan struktur yang semestinya diakhirkan (تقديم ) dan pengakhiran struktur yang semestinya didahulukan (تأخير ). Bahkan kadang Alquran ‘menerjang’ pula kaidah ini, di mana tidak diperhatikan lagi adanya ketetapan تقديم dan تأخير dalam struktur itu, sesuai dengan kaidah gramatikal Arab yang berlaku. Ambil contoh kata وأجل مسمى عنده Padahal semestinya menurut kaidah yang umum adalahعنده أجل مسمى
Konteks semantik bahasa teks-teks keislaman itu, meski teks-teks itu sendiri memakai kosakata yang dipergunakan oleh orang-orang Arab, bukan berarti cakupan semantiknya sama persis dengan yang diketahui oleh orang-orang Arab pada masa-masa sebelumnya. Contoh yang paling mudah adalah kata الله misalnya. Kata ini bukannya tidak dikenal di kalangan masyarakat Arab sebelum datangnya Islam. Hal ini bisa dilihat dari puisi-puisi pra Islam, gabungan nama-nama orang dan tulisan-tulisan kuno. Alquran sendiri juga memberikan gambaran mengenahi hal itu [lihat 39:3, 46:28, 12:40]. Namun cakupan semantik kata ini menjadi sangat berubah ketika Islam datang.